ABSTRAK
Kajian ini mencoba mengidentifikasi miskonsepsi-miskonsepsi yang sering terjadi dalam materi penggolongan larutan berdasarkan tingkat kejenuhan.Kajian ini merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir dan menghilangkan miskonsepsi-miskonsepsi yang sering terjadi dalam materi teersebut. Untuk pengidentifikasian miskonsepsi pada materi tersebuti, dilakukan dengan cara memberikan soal-soal objektif kepada mahasiswa tingkat satu jurusan Pendidikan kimia UPI. Cara lain yang dilakukan adalah studi pustaka terhadap buku-buku kimia baik tingkat SMA maupun tingkat universitas, serta studi terhadap artikel-artikel dari internet. Hasil kajian ini menunjukan adanya miskonsepsi pada beberapa bagian diantaranya : a) Pada pemahaman tentang pengertian larutan belum jenuh, jenuh,dan lewat jenuh. b) Pada pemahaman tentang bagaimana larutan belum jenuh,jenuh dan lewat jenuh itu terbentuk. c) Pada pemvisualisasian aspek simbolik, makroskopik dan mikroskopik larutan belum jenuh,jenuh dan lewat jenuh.
PENDAHULUAN
Miskonsepsi merupakan salah satu masalah besar dalam pendidikan yang harus segera diselesaikan.Miskonsepsi banyak terjadi tidak hanya pada siswa/mahasiswa saja tetapi dalam buku-buku pun masih ditemukan miskonsepsi-miskonsepsi, akibatnya banyak pemahaman-pemahaman keliru yang harus segera dibenarkan. Dalam hal ini salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi adalah adanya penekanan dari pengajar/guru yang mengekang atau mengharuskan siswa agar hafal terhadap suatu konsep,sehingga siswa cenderung hafal tanpa faham apa yang dihafalnya akibatnya miskonsepsi pun akan bermunculan. Seharusnya guru/pengajar lebih menekankan dalam hal pemahaman konsep, karena dengan pemahaman inilah materi bisa terkuasi untuk jangka waktu yang lamadan miskonsepsi pun bisa diminimalisir.
Kimia sendiri sebagai salah satu ilmu sains, dalam pembelajarannya seharusnya lebih menekankan dalam aspek pemahaman.Karena dalam materi-materi kimia secara umum bukan materi untuk dihafal tetapi untuk difahami, terutama dalam aspek simbolik, makroskopik, dan mikroskopik. Ketiga aspek ini akan sering dijumpai dalam berbagai materi kimia dan untuk menguasai ketiga aspek ini tidak bisa dihafal melainkan perlu adanya pemahaman.
Salah satu materi kimia yang sering dijumpai banyak mengalami miskonsepsi adalah pada materi tentang penggolongan larutan berdasarkan tingkat kejenuhan, materi ini memang perlu pemahaman yang mendalam agar tidak miskonsepsi dalam menafsirkannya. Dalam materi ini banyak dijumpai miskonsepsi terutama dalam pemahaman makna dari suatu pernyataan baik itu pengertian maupun temuan para ilmuan, selain itu miskonsepsi sering terjadi pada penafsiran makna dari suatu media pembelajaran baik berupa gambar, animasi maupun video. Banyak penafsiran yang salah membuat materi ini dirasa dan dianggapsusah. Melalui kajian ini akan mencoba mengidentifikasi lebih jauh mengenai miskonsepsi-miskonsepsi yang sering terjadi dan mencoba memberikan solusinya.
METODOLOGI
Untuk mendapatkan data dan informasi terkait miskonseps-miskonsepsi yang sering terjadi, metode yang digunakan adalah :
• Pemberian soal-soal objektif kepada mahasiswa tingkat 1 jurusan Pendidikan kimia UPI.
• Studi pustaka terhadap buku-buku kimia baik tingkat SMA maupun tingkat universitas
• Studi dokumen pada artikel-artikel dari internet
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, tidak hanya memaparkan mengenai hasil tetapi memaparkan pula mengenai konsep dan bagaimana ilmuan bisa sampai pada konsep tersebut.
1 Konsep Penggolongan larutan berdasarkan tingkat kejenuhan
Larutan merupakan campuran antara dua atau lebih zat yang saling melarutkan dan bersifat homogen sehingga tidak bisa dibedakan antara satu zat yang satu dengan zat lain yang bertindak sebagai penyusunnya. Dengan kata lain, setiap campuran yang hanya membenuk satu fasa disebut larutan. Sesuai dengan definisi maka udara bersih dapat dipandang sebagai larutan, sebab udara merupakan dari sistem gas seperti nitrogen, oksigen,argon, karbondioksida dan lain-lain.Demikian juga air laut, mengandung berbagai macam garam terlarut air secara homogen. Campuran yang dapat melatutkan satu sama lain dalam berbagai perbandingan dinamakan larutan ‘misicble’. Udaara merupakan larutan miscible.Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fasa dinamakan cairan ‘immiscble’.
Dalam larutan cair, cairan disebut sebagai pelarut dan komponen lain (gas, padat) disebut zat terlarut.Jika dua komponen pembentuk larutan adalah cairan, maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya tidak berubah dinamakan pelarut. Contoh, 25 gram etanol dalam 100 gram air , air disebut sebagai pelarut sedangkan etanol dinamakan zat terlarut, sebab etanol lebih sedikit daripada air. Contoh lain adalah sirup, dalam sirup gula pasir merupakan komponen paling banyak daripada air air, tetapi gula dinyatakan sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarut, sebab struktur air tidak berubah sedangkan gula berubah dari padat menjadi cair.(Yayan Sunarya, 2007 : 126-127)
Pengklsifikasian larutan bisa ditinjau dari beberapa hal antara lain bisa ditinjau dari daya hantarnya yaitu kemampuan suatu larutan mengahantarkan arus listrik dan bisa pula ditinjau dari tingkat kejenuhannya. Adapun menurut tingkat kejenuhannya,larutan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Larutan belum jenuh
Larutan belum jenuh merupakan larutan yang memiliki jumlah zat terlarut lebih sedikit daripada jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam suatu pelarut tertentu dan dalam kondisi tertentu.
Larutan belum jenuh ini dapat diidentifikasi salah satunya dengan menambahkan zat terlarut pada larutan tersebut, apabila larutan itu masih dapat melarutkan seluruh zat terlarut yang ditambahkan, maka larutan yang diidentifikasi tersebut merupakan larutan belum jenuh.
Bila suaatu larutan mengandung zat terlarut kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh, maka dikatakan larutan belum jenuh.Misalnya bila 20 g NaCl dalam 100 mL air pada 00C. Suatu larutan belum jenuh masih bisa melarutkan lebih banyak solut, dalam hal ini penambahn 15,7 g NaCl dapat dilarutkan dalam 100 mL air. (Bready, 2000:168)
Gambar di atas merupakan pencampuran antara 30 g NaCl sebgai zat terlarut dan 100 mL H2O sebagai pelarut. Larutan di atas belum bisa dinyatakan sebagai larutan belum jenuh karena untuk memastikannya perlu dilakukan identifikasi yaitu dengan menambahkan beberapa gram zat terlarut, apabila dalam larutan itu zat terlarut masih bisa melarut dengan sempurna maka larutan tersebut bisa dikatakan sebagai larutan belum jenuh.
2. Larutan Jenuh
Larutan jenuh merupakan larutan yang memiliki zat terlarut dalam larutan sama dengan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
Untuk mengidentifikasi larutan jenuh ini salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menambahkan zat terlarut ke dalam larutan tersebut, apabila penambahan zat terlarut ini menyebabkan terbentuknya endapan, maka larutan tersebut disebut larutan jenuh.
Dalam beberapa hal, ada batas dari jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut dan pada kondisi tertentu. Misalnya bila kita tambahkan natrium klorida pada 100 mL air pada 00C hanya 36 g yang akan larut, berapapun jumlah garam yang dimasukan. Kelebihan NaCl nya akan mengendap pada dasar wadah. Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dan mengadakan kesetimbangan dengan zat terlarut padatnya disebut larutan jenuh dan jumlah zat terlarut yang larut dalam larutan jenuh dinamakan kelarutan zat tersebut sehingga kelarutan NaCl dalam air pada suhu 00C adalah 36 g dalam 100 mL air.Berarti untuk kelarutan harus selalu dikaitkan dengan keadaannya (temperatur).(bredy,2000:168)
Gambar di atas merupakan contoh larutan jenuh, penambahan 40 g NaCl ke dalam 100 mL H2O menyebabkan terbentuknya endapan sebanyak 4 g NaCl. Hal ini menunjukan bahwa jumlah maksimum NaCl yang bisa larut dalam 100 mL H2O adalah sebanyak 36,0 g. Pada keadaan jenuh terjadi kesetimbangan dinamis antara zat trlarut yang larut dan zat terlarut yang mengendap, dalam hal ini laju antara zat terlarut yang larut dan zat terlarut yang mengendap lajunya adalah sama.
3. Larutan lewat jenuh
Larutan lewat jenuh merupakan larutan yang memiliki jumlah zat terlarut lebih banyak daripada jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut dan dalam kondisi tertentu.
Larutan lewat jenuh menunjukan keadaan yang tidak stabil, sebab larutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi konentrasi kesetimbangannya. Larutan lewat jenuh umumnya terjadi jika larutan yang sudah melebihi jenuh pada suhu tinggi diturunkan sampai mendekati suhu awal.Misalnya natrium asetat, CH3COONa dapat dengan mudah membentuk larutan lewwat jenuh.
Pada suhu 200C, kelarutan Natrium asetat mencapai 45,6 gram per 100 gram air. Pada 600C garam asetat mencapai jenuh dalam 100 gram air sebanyak 80 gram air.Apabila larutan jenuh natrium asetat pada 600C didinginkan sampai 200C tanpa diguncang atau diaduk, maka kelebihan natrium asetat masih berada dalam larutan. Keadaan lewat jenuh ini bias dipertahankan selama tidak ada inti yang dapat mengawali rekristalisasi. Jika sejumlah kecilKristal natrium asetat ditambahkan maka rekristalisasi segera berlangsung hingga dicapai keadaan jenuh.(Yayan sunarya,2007:138)
Berikut ini ditampilkan gambar yang menunjukan larutan belum jenuh,jenuh dan lewat jenuh :
( gambar proses terbentuknya larutan belum jenuh, jenuh dan lewat jenuh)
2. Cara Ilmuan sampai pada konsep (penggolongan larutan berdasarkan tingkat kejenuhan)
Untuk sampai pada suatu konsep, para ilmuan melakukan berbagai eksperimen dan itu pun dilakukannya tidak hanya satu atau dua kali saja, tetapi para ilmuan melakukannya berbagai kali bahkan ada yang sampai ratusan kali sehingga mereka mendapatkan suatu konsep.
Dalam materi penggolongan larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya, dugaan eksperimen yang dilakukan para ilmuan sehingga sampai pada konsepnya sebagai berikut :
Pada saat itu kemungkinan konsep larutan sudah ada, saat itu para ilmuan mencoba melarutkan suatu zat terlarut dalam suatu pelarut dalam kondisi tertentu.
Para ilmuan mencoba melarutkan zat terlarut kedalam pelarut, kemudian mengamatinya. Ternyata zat terlarut tersebut larut sempurna dalam pelarut pada kondisi saat itu.
Tidak cukup sampai di sana, para ilmuan pun mencoba menambahkan lagi zat terlarut kedalam pelarut dan ternyata zat terlarutnya masih larut sempurna.
Para ilmuan semakin penasaran dengan keadaan yang ada, para ilmuan pun mencoba menambahkan lagi zat terlarut ke dalam larutan yang terbentuk, setelah diamati beberapa saat, ternyata kali ini ada endapan pada dasar wadah, jadi tidak semua zat terlarut bisa larut. Dari keadaan ini, para ilmuan berpikir ternyata ada batas maksimum suatu zat terlarut bisa larut dalam pelarut dalam kondisi tertentu. Dari kenyataan ini, para ilmuan menyebut atau memberi istilah pada larutan tersebut larutan jenuh. Karena sudah jenuh dan tidak bisa melarutkan zat terlarut lagi. Sementara itu, larutan yang masih bisa melarutkan seluruh zat terlarut pada kondisi tertentu diberi istilah larutan belum jenuh.
Melihat endapannya yang terbentuk, para ilmuan mencoba berpikir bagaimana caranya agar endapan tersebut bisa hilang, dengan kecerdasannya para ilmuan pun menemukan ide untuk memberikan perlakuan pada larutan tersebut yaitu dengan memanaskannya sampai semua endapan melarut. Setelah beberapa saat dipanaskan, endapannya pun semuanya larut pada keadaan tertentu.
Para ilmuan mencoba mendiamkan larutan yang sudah dipanaskan, perlakuan ini membuat larutan kembali pada keadaan awal. Setelah mendekati keadaan tertentu, ternyata dalam larutan tidak terbentuk lagi endapan dalam artian semuanya larut dalam pelarut. Tetapi pada percobaan dilain waktu para ilmuan menemukan fenomena setelah larutan jenuh dipanaskan kemudian dikembalikan pada keadaan awal, ternyata hasil akhirnya masih ada endapan.
Fenomena yang terjadi membuat para ilmuan berpikir untuk memberikan istilah untuk larutan tersebut, akhirnya para ilmuan memberikan istilah larutan lewat jenuh untuk larutan yang setelah dipanaskan kemudian dikembalikan ke keadaan awal ternyata tidak terdapat endapan. Semetara itu, untuk larutan yang setelah dipanaskan kemudian dikembalikan ke keadaan awal, ternyata masih ada endapan larutan tersebut dinamakan larutan jenuh(larutannya kembali jenuh).
1. Miskonsepsi yang sering terjadi pada materi penggolongan larutan berdasarkan tingkat kejenuhan
1) Miskonsepsi dalam materi larutan belum jenuh
Hasil kajian miskonsepsi dalam larutan belum jenuh yang sering terjadi antara lain:
a) Miskonsepsi dalam pemahaman pernyataan berupa pengertian maupun ungkapan para ilmuan.
• JikaQc < Ksp = larutan belum jenuh
Dari hasil kajian tertulis, dengan memberikan pertanyaan kepada mahasiswa tingkat 1 menunjukan bahwa sebagian besar dari mereka ketika diberi pertanyaan “apa yang dimaksud larutan belum jenuh?” mereka menjawab : “larutan dengan Qc < Ksp ”, mereka menjawab seperti ini tanpa mengetahui makna dari pernyataan tersebut yang akhirnya menyebabkan miskonsepsi ketika menafsirkan bagaimana terbentuknya larutan belum jenuh. Dalam hal ini, mereka menafsirkan bahwalarutan belum jenuh itu akan terbentuk apabila jumlah zat terlarut lebih sedikit daripada jumlah pelarut. Salah seorang mahasiswa memberikan contoh larutan belum jenuh yaitu : “ke dalam 100 mL air dimasukan gula dengan jumlah berapa pun asalkan jumlahnya tidak sama dengan atau melebihi 100 mL.”
Pernyataan dan contoh ini merupakan salah satubentuk miskonsepsi sebaagai akibat kurangnya pemahaman terhadap materi yang dipelajari karena terbiasa menghapalkan kalimat bukan memahaminya.
Solusi :Tidak dipungkiri pada sebagian besar buku kimia menyatakan larutan belum jenuh itu dengan ungkapan Qc< Ksp. Hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir miskonsepsi adalah dengan memberikan keterangan yang jelas maksud dari ungkapan tersebut, Peran guru pun dituntut harus lebih ekstra untuk memahamkan makna dari ungkapan tersebut.
b) Miskonsepsi dalam memvisualisasikan tentang bagaimana larutan jenuh teersebut terbentuk.
Dalam sebuah artikel tentang kelarutan, ditemukan gambar seperti dibawah ini :
Jika kita mengamati gambar di atas, dalam gambar tersebut tertulis bahwa pencampuran 30 g NaCl dengan 100 mL air akan menghasilkan larutan yang dituliskan disana larutan belum jenuh.Gambar ini merupakan salah satu pemvisualisasian konsep yang salah sehingga terjadilah miskonsepsi pada gambar ini.
Miskonsepsi pada gambar di atas adalah lebih kepemahaman terhadap bagaimana larutan belum jenuh itu terjadi, dari gambar di atas kita bisa melihat bahwa ketika ada 30 g NaCl dimasukan ke dalam 100 mL air dan semuanya larut, larutan yang terbentuk langsung diberi nama larutan belum jenuh, padahal kita tidak bisa mengatakan larutan di atas sebagai larutan belum jenuh apabila kita belum mengidentifikasinya, yaitu dengan cara penambahan zat terlarut ke dalam larutan tersebut. Bisa jadi lautan tersebut larutan tepat jenuh yang diidentifikasi dengan menambahkan sedikit zat terlarut (missal :1 g NaCl) apabila ternyata zat terlrutnya tidak bisa melarut lagi dalam artian terjadi kesetimbangan dinamis, maka larutan tersebut larutan jenuh bukan larutan belum jenuh.Jadi gambar di atas miskonsepsinya adalah pemahaman tentang bagaimana larutan belum jenuh itu terbentuk, larutan pada gambar di atas belum bisa diberi nama larutan belum jenuh atau larutan jenuh sebelum larutan tersebut diidentifikasi.
Solusi : Untuk gambar diatas perlu adanya penguatan dengan jalan memberikan gambar lagi penambahan NaCl sebagai salah satu cara pengidentifikasian. Kemudian diberikan gambar larutan yang terbentuknya, yang menggambarkan NaCl yang ditambahkan akan melarutsemua jika memang akan memberikan label larutan belum jenuh.
2) Miskonsepsi dalam materi larutan jenuh
a. Miskonsepsi dalam pemahaman pernyataan berupa pengertian maupun ungkapan para ilmuan
• Pemahaman makna Qc = Ksp
Seperti halnya dalam pemahaman larutan belum belum jenuh, sebagian besar mahasiswa tingkat 1 menyatakan larutan jenuh itu larutan dengan Qc = Ksp tanpa mengetahui makna dari pernyataan tersebut, sehingga efeknya terjadi miskonsepsi pada pemahaman cara atau bagaimana larutan jenuh tersebut terbentu,Salah satu contoh yang diberikan tentang bagaimana larutan jenuh terbentuk :
“ 100 g gula dicampurkan pada 100 mL air maka akan terbentuk larutan jenuh “. Pemahaman seperti ini memberikan gambaran bahwa pemahaman terhadap suatu ungkapan itu sangat penting, banyak yang menafsirkan bahwa Qc itu merupakan jumlah pelarut dan Ksp itu sebagai jumlah zat terlarut.
Solusi :Untuk meluruskan pemahaman tentang hal tersebut perlu adanya penekanan dalam pemahaman oleh pengajar kepada siswanya tidak hanya sekedar menjelaskan luaran saja tetapi alangkah baiknya pemaknaan dari ungkapan tersebut dijelaskan secara jelas. Kemudian dalam buku-buku perlu adanya tambahan keterangan selain hanya ungkapan tersebut. Keterangan tersebut menjelaskan tentang maksud dari Qc dan maksud dari Ksp, serta dijelaskan secara jelas pula rerkait larutan jenuh tersebut terbentuk.
• Pemahaman tentang pengertian dari larutan jenuh
Ada salah seorang mahasiswa yang menjawab bahwa “larutan jenuh adalah larutan dimana kedalam larutan tersebut tidak dapat dimasukan lagi zat terlarut.” Dalam analisis penulis, miskonsepsi ini terjadi akibat salah menafsirkan pernyaataan “ larutan jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan lagi zat terlarut pada suatu pelarut dan pada kondisi tertentu“.
Solusi : Peran pengajar untuk memahamkan siswanya sangat vital, dalam hal ini perlu penekanan pemahaman pengertian yang tidak hanya sekedar dihafal.
• Pemahaman tentang kesetimbangan dinamis
Miskonsepsi yang terjadi dalam pemahaman kesetimbangan dinamis ini adalah banyak yang menganggap bahwa yang mengalami kesetimbangan itu adalah zat terlarut dengan pelarut, padahal yang mengalami kesetimbangan adalah zat terlarut yang larut dengan zat terlarut yang mengendap.
Solusi :Peran pengajar sangat vital dalam kasus ini, karena dalam buku-buku SMA jarang yang menjelaskan secara jelas tentang makna dari kesetimbangan dinamis ini.
b. Miskonsepsi dalam memvisualisasikan suatu konsep
Perhatikan gambar berikut :
Pada gambar di atas tertulis larutan belum jenuh(gambar sebelah kiri) dan larutan jenuh(gambar sebelah kanan). Jika kita perhatikan gambar tersebut, dalam pandangan penulis gambar tersebut merupakan gambar yang tidak jelas baik dari tampilannya maupun dari keterangannya. Gambar tersebut tidak jelas dalam hal apakah akan menampilkan aspek mikroskopik atau aspek makroskopik. Sehungga akan sangat sulit dipahami dan akan banyak menimbulkan miskonsepsi.
Solusi : perlu adanya kejelasan terkait gambar tersebut, jika memang akan menggambarkan bentuk mikroskopisnya maka cobalah ada tampilan yang lain sebagai penggambaran bentuk mikroskopisnya, jangan disatukan dengan bentuk makroskopisnya, karena penggabungan kedua aspek tersebut dalam satu gambarkan akan menibulkan kesulitan dalam memahaminya serta pemberian keterangan yang lengkap akan membuat gambar lebih mudah difahami.
3) Miskonsepsi dalam materi larutan lewat jenuh
• Pemahahaman tentang pengertian dan bagaimana larutan lewat jenuh itu terbentuk
Miskonsepsi yang terjadi dalam pemhaman pengertian larutan lewat jenuh adalah dalam hal perlakuan keadaan, maksudnya banyak yang beranggapan bahwa larutan lewat jenuh itu terbentuk ketika kedalam larutan jenuh dimasukan secara terus menerus zat terlarut maka akan terbentuk larutan lewat jenuh, padahal untuk memperoleh larutan lewat jenuh perlu adanya perlakuan yakni dengan cara dipanaskan terlebih dahulu sampai zat terlarut melarut semua, kemudian didinginkan kembali hingga suhu awal. Setelah didinginkan aka nada dua kemungkinan yaitu terbentuk lagi endapan atau tidak terbentuk endapan.Dinamakan larutan lewat jenuh apabila setelah dikembalikan kepada suhu awal maka tidak ada endapan yang terbentuk.
Solusi : Perlu adanya penekanan pemahaman dalam buku-buku dengan jalan memberikan penjelasan yang jelas. Selain itu dalam hal bagaimana pengajar menjelaskan suatu konsep kepada siswanya harus mengedepankan pemahaman konsep yang jelas.
• Dalam sebuah buku SMA tertulis pernyataan sebagai berikut :
“Jika Kip > Ksp, larutan lewat jenuh (terjadi endapan)”.Pernyataan ini memberikan gambaran kepada pembacanya bahwa salah satu indikasi terbentuknya larutan lewat jenuh adalah dengan terbentuknya endapan.Padahal larutan lewat jenuh tersebut terbentuk apabila suatu larutan jenuh yang dipanaskan kemudian dikembalikan pada keadaan awal dan dalam larutan tersebut tidak terjadi endapan. Hal lain yang jarang diperhatikan adalah terkait kondisi, jadi pada sebagian buku memberikan gambaran tentang larutan tersebut tanpa menyertakan kondisi, sehingga dari sini akan bermunculan miskonsepsi.
Solusi : Sudah saatnya pada buku-buku pelajaran kimia untuk menghilangkan pernyataan Kip < Ksp atau Kip > Ksp atau Kip = Ksp dan mengganti pernyataan tersebut dengan sebuah kalimat yang jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Karena pernyataan-pernyataan seperti tersebut rawan menimbulkan multipersepsi yang akan menyebabkan miskonsepsi.Selain itu penting untuk dicantumkan dalm berbagai pernyataan ataupun gambar yaitu tentang kondisi (bias berupa suhu dan tekanan) karena hal ini berpengaruh terhadap larutan.
KESIMPULAN
Dari hasil kajian menunjukan miskonsepsi dalam materi penggolongan larutan berdasarkan tingakat kejenuhannya terdapat dalam beberapa bagian, yaitu dalam pemahanman pernyataan berupa pengertian dan pernyataan para ilmuan tentang larutan belum jenuh, jenuh dan lewat jenuh.Bagian lain yang banyak miskonsepsinya adalah dalam hal pemvisualisasian konsep-konsep larutan belum jenuh, jenuh dan lewat jenuh.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James, E & John R Holum. 1988. Fundamental of Chemistry.Edisi ke-3.Newyork : John Wiley & Sons.
Kusnawan.E.2006.Panduan Pembelajaran Kimia Untuk SMA/MA kelas XI semester II.CV.Dian : Bogor
Sunarya, yayan. 2007. Kimia Umum.Alkemi Grafisindo Press : Bandung.
TUGAS AKHIR KIMIA FISIKA 3
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM MATERI PENGGOLONGAN LARUTAN BERDASARKAN TINGKAT KEJENUHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester 4 mata kuliah kimia fisika 3
Dosen : Sri Mulyani M.Si
Disusun oleh :
Abdul latif (0800108)
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010
assalamualaikum, bolehkah saya minta file lengkapnya ?
BalasHapus